Featured Posts

Kamis, 10 Mei 2018

Beberapa Upaya Untuk Peningkatan Produksi Dan Produktivitas Kedelai


Kedelai merupakan salah satu komoditas pangan utama setelah padi dan jagung. Komoditas ini memiliki kegunaan yang beragam, terutama sebagai bahan baku industri makanan yang kaya protein nabati dan sebagai bahan baku industri pakan ternak. Selain sebagai sumber protein nabati, kedelai merupakan sumber lemak, mineral, dan vitamin serta dapat diolah menjadi berbagai makanan seperti tahu, tempe, tauco, kecap, dan susu. Saat ini, Indonesia termasuk negara produsen kedelai keenam terbesar di dunia setelah Amerika Serikat, Brasil, Argentina, Cina, dan India. Namun, produksi kedelai domestik belum mampu mencukupi kebutuhan dalam negeri yang terus meningkat dari waktu ke waktu jauh melampaui peningkatan produksi domestik. Untuk mencukupinya, pemerintah melakukan impor.
kebutuhan kedelai Indonesia pada tahun 2015 mencapai 2,23 juta ton. Upaya peningkatan kedelai baik dari kuantitas maupun kualitas terus diupayakan oleh pemerintah. Di Indonesia sampai saat ini masih terjadi kesenjangan yang sangat lebar antara produksi dan konsumsi kedelai. Produksi kedelai dalam negeri tidak mampu memenuhi kebutuhan terhadap kedelai di dalam negeri. Sehingga untuk memenuhi kebutuhan kedelai tersebut, pemerintah melakukan kebijakan impor kedelai. Peningkatan konsumsi kedelai yang terjadi di dalam negeri akan meningkatkan impor kedelai karena produksi kedelai di dalam negeri belum mampu memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap kedelai, bahkan produksi kedelai di dalam negeri cenderung turun. Dari total konsumsi masyarakat terhadap kedelai, hanya rata-rata 32 persen saja yang dapat dipenuhi oleh produksi kedelai di dalam negeri, sisanya hampir 68 persen kedelai di impor. Hal ini tentu sangat disayangkan, dengan pangsa pasar yang cukup besar, seharusnya petani dapat meningkatkan produksinya, sehingga impor dapat ditekan. Beberapa rekomendasi kebijakan yang diusulkan untuk peningkatan produksi dan produktivitas adalah; (1) melaksanakan program ekstensifikasi (perluasan lahan), (2) intensifikasi melalui penyediaan teknologi, bibit unggul dan pupuk, (3) penguatan kelembagaan dan permodalan; (4) system insentif bagi petani kedelai yang layak.
1. Bantuan Pemerintah Kegiatan Ekstensifikasi Kedelai dimanfaatkan untuk:
a. Memperluas areal tanam kedelai untuk meningkatkan luas panen dan
produksi.
b. Meningkatkan minat dan motivasi petani berusaha tani kedelai.
c. Meringankan beban petani dalam mengeluarkan biaya usaha tani kedelai.
d. Mempercepat peningkatan produksi kedelai untuk mencapai swasembada.
e. Menambah lapangan kerja,meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani.
2. Program intensifikasi tersebut ditempuh melalui kegiatan penerapan teknologi
Komponen Teknologi Dasar tersebut meliputi:
a. Varietas unggul baru.Varietas unggul baru kedelai berbiji besar yang cocok digunakan adalah Anjasmoro, sebagai bahan baku tempe. Varietas unggul baru (VUB) umumnya berdaya hasil tinggi, tahan terhadap hama penyakit utama atau toleran deraan lingkungan setempat dan dapat juga memiliki sifat khusus tertentu. VUB kedelai antara lain adalah Argomulyo, Anjasmoro, Grobogan, Gepak Kuning, dan Detam. Pemilihan varietas perlu disesuaikan dengan agroekosistem setempat dan permintaan pengguna.
b. Benih bermutu. Benih bermutu adalah benih dengan tingkat kemurnian dan daya tumbuh yang tinggi (>85%).
c. Pembuatan saluran drainase. Tanaman kedelai memerlukan air yang cukup dan tidak menghendaki kelebihan air/tanah becek selama pertumbuhannya.
d. Pengaturan populasi. Pengaturan populasi tanaman berkisar antara 350.000-500.000 tanaman/ha, kebutuhan benih 40-60 kg/ha, bergantung pada ukuran biji. Tanam dengan cara ditugal, jarak tanam 40 cm antarbaris, 10-15 cm dalam barisan, 2-3 biji per lubang. Pada musim hujan gunakan jarak tanam lebar (populasi sedang), pada musim kemarau gunakan jarak tanam rapat (populasi tinggi). Penanaman benih kedelai pada jarak tanam yang tepat akan menghasilkan populasi tanaman yang optimal bagi upaya peningkatan hasil kedelai.
e. Pengendalian OPT (Organisme Pengganggu Tanaman) secara terpadu.
Pengendalian hama secara terpadu maupun pengendalian penyakit secara terpadu, serta pengendalian gulma secara terpadu :.
Komponen Teknologi Pilihan
a. Penyiapan lahan. Pengolahan tanah tidak diperlukan jika kedelai ditanam di lahan sawah bekas tanaman padi, jerami dapat digunakan sebagai mulsa
b. Pemupukan sesuai kebutuhan. Takaran pupuk berbeda untuk setiap jenis tanah, berikan berdasarkan hasil analisis tanah dan sesuai kebutuhan tanaman. Penggunaan pupuk hayati seperti bakteri penambat N2 (Rhizobium) disesuaikan dengan kebutuhan, perhatikan waktu kadaluwarsa pupuk hayati. PUTK (Perangkat Uji Tanah Kering) dapat digunakan sebagai salah satu acuan dalam menetapkan takaran pupuk dan amelioran.
c. Pemberian bahan organik. Bahan organik berupa sisa tanaman, kotoran hewan, pupuk hijau dan kompos (humus) merupakan unsur utama pupuk organik yang dapat berbentuk padat atau cair.
d. Amelioran pada lahan kering masam. Penggunaan amelioran ditetapkan berdasarkan tingkat kejenuhan aluminium (Al) tanah dan kandungan bahan organik tanah. Kejenuhan Al memiliki hubungan yang kuat dengan tingkat kemasaman (pH) tanah.
e. Pengairan pada periode kritis. Periode kritis tanaman kedelai terhadap kekeringan mulai pada saat pembentukan bunga hingga pengisian biji (fase reproduktif).
f. Panen dan pascapanen. Panen yang tepat menentukan mutu biji dan benih kedelai. Panen dilakukan jika tanaman sudah masak, atau 95% polong telah berwarna coklat dan daun berwarna kuning.
3. Harga kedelai
Harga juga memegang peranan penting dalam usaha peningkatan produksi petani. Namun pada kenyataanya peningkatan harga kedelai lokal yang terjadi. Tidak dapat meningkatkan produksi petani kedelai. Hal ini disebabkan harga kedelai lokal lebih mahal dibandingkan harga kedelai impor, sehingga kedelai lokal tidak mampu bersaing dengan kedelai impor, akibatnya produksi petani juga tidak mengalami peningkatan. Pengaruh biaya penggunaan benih kedelai terhadap produksi kedelai adalah tidak signifikan dan negatif, apabila biaya penggunaan benih kedelai di Indonesia meningkat maka produksi kedelai akan turun. Maka dengan adanya bantuan benih akan dapat membantu meningkatkan produksi.
4. Pemberdayaan Kelembagaan/Organisasi petani
Melalui pemberdayaan kelembagaa/organisasi ekonomi petani, efisiensi produksi yang dihasilkan oleh adanya manfaat ekonomi petani dapat dicapai, keuntungan usahatani, pendapatan dan kesejahteraan petani, daya saing lokal dan regional terwujud yang semuanya itu merupakan modal dasar daya saing bangsa.
5. Permodalan
Dengan memberikan bantuan pembiayaan untuk pengadaan sarana produksi, akan membantu petani dalam berusahatani kedelai.
Kalau semua itu bisa dipenuhi, lambat laun produksi akan meningkat. Dengan demikian diharapkan impor dapat dicegah.
Penyunting: Yulia Tri S
Email: yuliatrisedyowati@yahoo.co.id
Sumber:
1. Petunjuk Teknis Kegiatan Pengelolaan Produksi Kedelai APBN-P tahun 2017, Ditjen Tan Pangan
2. Beberapa sumber

Beras Aromatik




Padi Aromatik merupakan padi yang memiliki aroma wangi pandan yang mudah dikenali dari aroma nasi, beras atau bahkan pada pertanaman padi aromatik saat berbunga.
Untuk menghasilkan beras aromatik dengan kadar 2-Acetyl-1-pyrroline (2-AP) yaitu odouran kuat yang memiliki aroma wangi seperti pandan atau popcorn yang lebih tinggi, maka tanaman padi aromatik disarankan untuk di tanam dalam kondisi iklim yang sejuk, dan kemudian dipanen lebih awal dari varietas biasa.
Balai Besar Penelitian Tanaman Padi telah merilis beberapa varietas unggul padi aromatik seperti Gillirang, Batang Gadis, Sintanur, Situ Patenggang dan Inpari 23 Bantul.
Inpari 23 Bantul, yang dilepas oleh Balitbangtan pada tahun 2012, selain beraroma wangi, juga memiliki tekstur nasi pulen dengan kadar amilosa 17%. Varietas ini memiliki potensi hasil 9,2 ton/ha gabah kering giling (GKG) dengan rata-rata hasil 6,9 ton/Ha GKG. Lebih lanjut, varietas ini tahan terhadap wereng batang coklat biotipe 1, agak tahan biotipe 2 dan 3, serta tahan terhadap hawar daun bakteri patotipe III dan agak tahan terhadap patotipe IV. Inpari 23 Bantul cocok ditanam di sawah dataran rendah – sedang (0-600 m diatas permukaan laut).
Berbagai Calon Varietas padi Ciherang Aromatik yang di tampilkan pada Gelar Teknologi pada saat Pekan Nasional (PENAS) XV di Banda Aceh dapat disampaikan antara lain :
Padi Ciherang Aromatik CP-1
Padi Ciherang aromatic CP-1 merupakan calon varietas yang dikembangkan dari persilangan antara padi Ciherang dan Pandanwangi. Teknik pemuliaan yang digunakan adalah silang balik berulang dengan seleksi berbantuan marka molekuler (Molecular marker Assisted Backcrossing Selection). Marka molekuler SSR yang terkait dengan sifat aromatic diaplikasikan untuk menyeleksi galur-galur padi silang balik tetap membawa sifat aromatic.
Padi Ciherang Aromatik CP-1, merupakan Calon Varietas Turunan Esensial (VTE) memiliki rata-rata hasil 6.28 ton/hektar Gabah Kering Giling (GKG) dengan potensi hasil sebanyak 8.83 ton/hektar GKG. Memiliki umur panen 110 -112 hari dengan tinggi tanaman 117 cm. Sifat-sifat lainnya seperti pada varietas Ciherang dengan sifat khususnya memiliki Aroma.
Padi Ciherang Aromatik CP-2
Calon Varietas Padi Ciherang aromatic CP-2 merupakan calon varietas yang dikembangkan dari persilangan antara padi Ciherang dan Pandanwangi. Teknik pemuliaan yang digunakan adalah silang balik berulang dengan seleksi berbantuan marka molekuler (Molecular marker Assisted Backcrossing Selection). Marka molekuler SSR yang terkait dengan sifat aromatic diaplikasikan untuk menyeleksi galur-galur padi silang balik tetap membawa sifat aromatic.
Padi Ciherang Aromatik CP-2, merupakan Calon Varietas Turunan Esensial (VTE) memiliki rata-rata hasil 6.39 ton/hektar Gabah Kering Giling (GKG) dengan potensi hasil sebanyak 10.11 ton/hektar GKG. Memiliki umur panen 110 -112 hari dengan tinggi tanaman 117 cm. Sifat-sifat lainnya seperti pada varietas Ciherang dengan sifat khususnya memiliki Aroma.
Padi Ciherang Aromatik CM-2
Calon Varietas Padi Ciherang aromatic CM-2 merupakan calon varietas yang dikembangkan dari persilangan antara padi Ciherang dan Pandanwangi. Teknik pemuliaan yang digunakan adalah silang balik berulang dengan seleksi berbantuan marka molekuler (Molecular marker Assisted Backcrossing Selection). Marka molekuler berbasis gen BADH2 (betaine aldehyde dehydrogenase 2) yang terpaut dengan sifat aromatic diaplikasikan untuk menyeleksi galur-galur padi silang balik tetap membawa sifat aromatic.
Padi Ciherang Aromatik CM-2, merupakan Calon Varietas Turunan Esensial (VTE) memiliki rata-rata hasil 6.75 ton/hektar Gabah Kering Giling (GKG) dengan potensi hasil sebanyak 8.13 ton/hektar GKG. Memiliki umur panen 110 -112 hari dengan tinggi tanaman 140 cm. Sifat-sifat lainnya seperti pada varietas Ciherang dengan sifat khususnya memiliki Aroma.
Padi Ciherang Aromatik CM-3
Calon Varietas Padi Ciherang aromatic CM-3 merupakan calon varietas yang dikembangkan dari persilangan antara padi Ciherang dan Pandanwangi. Teknik pemuliaan yang digunakan adalah silang balik berulang dengan seleksi berbantuan marka molekuler (Molecular marker Assisted Backcrossing Selection). Marka molekuler berbasis gen BADH2 (betaine aldehyde dehydrogenase 2) yang terpaut dengan sifat aromatic diaplikasikan untuk menyeleksi galur-galur padi silang balik tetap membawa sifat aromatic.
Padi Ciherang Aromatik CM-3, merupakan Calon Varietas Turunan Esensial (VTE) memiliki rata-rata hasil 6.39 ton/hektar Gabah Kering Giling (GKG) dengan potensi hasil sebanyak 10.11 ton/hektar GKG. Memiliki umur panen 110 -112 hari dengan tinggi tanaman 117 cm. Sifat-sifat lainnya seperti pada varietas Ciherang dengan sifat khususnya memiliki Aroma.
Demikian informasi yang dapat disampaikan semoga bermanfaat.
Siti Nurjanah Penyuluh Pertanian Utama, Pusat Penyuluhan Pertanian. BPPSDMP Kementerian Pertanian. Email : snurjanah8514@yahoo.com
Sumber :
1) Katalog Gelar Teknologi Penas Petani dan Nelayan XV, Banda Aceh, 6-11 Mei 2017. Balitbangtan-Kementan
2) https://www.google.com
3) www.litbang.pertanian.go.id
4) http://bbpadi.litbang.pertanian.go.id

Strategi Pengendalian WBC


Wereng Batangn Coklat (WBC) merupakan hama penting dan menjadi momok bagi setiap petani padi. Akibat serangan hama tersebut akan berdampak pada menurunnya hasil panen dan menimbulkan kerugian.
Wereng coklat merupakan vektor penularan virus penyakit kerdil hampa dan kerdil rumput pada tanaman padi yang pengendaliannya perlu dilakukan tindakan preventif, yaitu dengan cara penanaman serempak, rotasi tanaman, menghindari sumber infeksi, dan penggunaan varietas tahan.
Wreng batang coklat memiliki berbagai nama berdasarkan sifatnya, yaitu si kecil yang dahsyat, hama tua, hama laten, dan hama penyebar virus. Wereng batang coklat merupakan hama laten yang sulit dideteksi, tetapi keberadaannya selalu mengancam kesetabilan produksi padi nasional. Wereng batang coklat menyerang langsung tanaman padi dengan cara mengisap cairan sel tanaman sehingga tanaman menjadi kering seperti terbakar. Pengendalian hama merupakan prioritas utama setelah padi ditanam di lapangan, karena kegagalan pengendalian akan menurunkan produksi secara nyata. Dalam penyelamatan produksi padi telah tersedia berbagai cara pengendalian hama, mulai dari penggunaan varietas tahan, musuh alami, cara budidaya (waktu tanam, pengairan dll) hingga penggunaan insektisida. Namun penerapan teknologi tersebut di lapangan kurang berhasil karena melupakan aspek sosial kemasyarakatan antara lain tidak adanya kesepakatan waktu tanam
Bertanam Padi Berjamaah
Secara teknis bertanam padi berjamaah sangat penting untuk menghindari penumpukan hama pada suatu daerah atau titik serangan yang selanjutnya akan menyebar menjadi hama pada areal yang lebih luas. Tanam padi berjamaah secara serentak dalam areal yang luas tidak dibatasi oleh batas administrasi pemerintahan. Hal ini perlu disadari oleh petugas maupun petani bahwa hama wereng batang coklat dapat bermigrasi sampai 200 km dari daerah titik serangan ke daerah yang pertanaman padinya berada pada fase vegetatif.
Strategi Teknologi
Sudah banyak teknologi yang dihasilkan untuk mengendalikan hama wereng batang coklat sejak ditemukannya varietas IR64 sampai yang terakhir Inpari 13 yang tahan wereng batang coklat di lapangan dan toleran penyakit virus kerdil.
Varietas Pilihan
Balai Besar penelitian Tanaman Padi telah menghasilkan beberapa Varietas Unggul Baru (VUB) yang memiliki produktivitas lebih tinggi dan tahan rendaman dan mempunyai keunggulan lain, yaitu tahan terhadap wereng batang coklat dan toleran terhadap penyakit kerdil hampa.
Lampu perangkap (Light Traps)
Lampu perangkap merupakan alat penting untuk kendeteksi kehadiran wereng migran pada pertanaman atau persemaian padi atau menangkap wereng dalam jumlah besar. Untuk keperluan deteksi, satu lampu perangkap cukup untuk mengontrol areal 200-300 ha. Namun bila digunakan pengendalian diperlukan lampu perangkap lebih banyak dari yang ditetapkan. Lampu perangkap sangat penting karena wereng pertama kali datang di persemaian atau pertanaman adalah wereng makroptera betina/jantan imigran. Lampu perangkap dipasang pada ketinggian 150-250 cm dari permukaan tanah. Hasil uji coba dengan lampu 100 watt dapat menghasilkan tangkapan sebanyak 400.000 ekor/malam.
Setelah wereng terperangkap keputusan yang diambil adalah; (1) wreng yang terperangkap dimusnahkan dengan cara dikubur, (2) pertanaman padi dikeringkan sampai dengan tanah retak, (3) wereng dikendalikan dengan insektisida secara bijaksana dan sesuai rekomendasi.
Waktu Penyemaian Padi
Waktu penyemaian ditetapkan berdasarkan saat puncak wereng imigran yang tertangkap lampu perangkap. Bila datang wereng imigra tidak tumpang tindih antar generasi, maka penyemaian hendaknya dilakukan 15 hari setelah puncak imigran. Bila wereng yang datang dari generasi yang tumpang tindih,maka akan terjadi dua puncak (bimodal). Penyemaian hemndaknya dilakukan 15 hari setelah puncak imigran kedua.
Ruslia Atmaja
Sumber : BBPadi-Badanlitbang Kementerian Pertanian
 
Blogger Templates