Kamis, 10 Mei 2018

Beberapa Upaya Untuk Peningkatan Produksi Dan Produktivitas Kedelai


Kedelai merupakan salah satu komoditas pangan utama setelah padi dan jagung. Komoditas ini memiliki kegunaan yang beragam, terutama sebagai bahan baku industri makanan yang kaya protein nabati dan sebagai bahan baku industri pakan ternak. Selain sebagai sumber protein nabati, kedelai merupakan sumber lemak, mineral, dan vitamin serta dapat diolah menjadi berbagai makanan seperti tahu, tempe, tauco, kecap, dan susu. Saat ini, Indonesia termasuk negara produsen kedelai keenam terbesar di dunia setelah Amerika Serikat, Brasil, Argentina, Cina, dan India. Namun, produksi kedelai domestik belum mampu mencukupi kebutuhan dalam negeri yang terus meningkat dari waktu ke waktu jauh melampaui peningkatan produksi domestik. Untuk mencukupinya, pemerintah melakukan impor.
kebutuhan kedelai Indonesia pada tahun 2015 mencapai 2,23 juta ton. Upaya peningkatan kedelai baik dari kuantitas maupun kualitas terus diupayakan oleh pemerintah. Di Indonesia sampai saat ini masih terjadi kesenjangan yang sangat lebar antara produksi dan konsumsi kedelai. Produksi kedelai dalam negeri tidak mampu memenuhi kebutuhan terhadap kedelai di dalam negeri. Sehingga untuk memenuhi kebutuhan kedelai tersebut, pemerintah melakukan kebijakan impor kedelai. Peningkatan konsumsi kedelai yang terjadi di dalam negeri akan meningkatkan impor kedelai karena produksi kedelai di dalam negeri belum mampu memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap kedelai, bahkan produksi kedelai di dalam negeri cenderung turun. Dari total konsumsi masyarakat terhadap kedelai, hanya rata-rata 32 persen saja yang dapat dipenuhi oleh produksi kedelai di dalam negeri, sisanya hampir 68 persen kedelai di impor. Hal ini tentu sangat disayangkan, dengan pangsa pasar yang cukup besar, seharusnya petani dapat meningkatkan produksinya, sehingga impor dapat ditekan. Beberapa rekomendasi kebijakan yang diusulkan untuk peningkatan produksi dan produktivitas adalah; (1) melaksanakan program ekstensifikasi (perluasan lahan), (2) intensifikasi melalui penyediaan teknologi, bibit unggul dan pupuk, (3) penguatan kelembagaan dan permodalan; (4) system insentif bagi petani kedelai yang layak.
1. Bantuan Pemerintah Kegiatan Ekstensifikasi Kedelai dimanfaatkan untuk:
a. Memperluas areal tanam kedelai untuk meningkatkan luas panen dan
produksi.
b. Meningkatkan minat dan motivasi petani berusaha tani kedelai.
c. Meringankan beban petani dalam mengeluarkan biaya usaha tani kedelai.
d. Mempercepat peningkatan produksi kedelai untuk mencapai swasembada.
e. Menambah lapangan kerja,meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani.
2. Program intensifikasi tersebut ditempuh melalui kegiatan penerapan teknologi
Komponen Teknologi Dasar tersebut meliputi:
a. Varietas unggul baru.Varietas unggul baru kedelai berbiji besar yang cocok digunakan adalah Anjasmoro, sebagai bahan baku tempe. Varietas unggul baru (VUB) umumnya berdaya hasil tinggi, tahan terhadap hama penyakit utama atau toleran deraan lingkungan setempat dan dapat juga memiliki sifat khusus tertentu. VUB kedelai antara lain adalah Argomulyo, Anjasmoro, Grobogan, Gepak Kuning, dan Detam. Pemilihan varietas perlu disesuaikan dengan agroekosistem setempat dan permintaan pengguna.
b. Benih bermutu. Benih bermutu adalah benih dengan tingkat kemurnian dan daya tumbuh yang tinggi (>85%).
c. Pembuatan saluran drainase. Tanaman kedelai memerlukan air yang cukup dan tidak menghendaki kelebihan air/tanah becek selama pertumbuhannya.
d. Pengaturan populasi. Pengaturan populasi tanaman berkisar antara 350.000-500.000 tanaman/ha, kebutuhan benih 40-60 kg/ha, bergantung pada ukuran biji. Tanam dengan cara ditugal, jarak tanam 40 cm antarbaris, 10-15 cm dalam barisan, 2-3 biji per lubang. Pada musim hujan gunakan jarak tanam lebar (populasi sedang), pada musim kemarau gunakan jarak tanam rapat (populasi tinggi). Penanaman benih kedelai pada jarak tanam yang tepat akan menghasilkan populasi tanaman yang optimal bagi upaya peningkatan hasil kedelai.
e. Pengendalian OPT (Organisme Pengganggu Tanaman) secara terpadu.
Pengendalian hama secara terpadu maupun pengendalian penyakit secara terpadu, serta pengendalian gulma secara terpadu :.
Komponen Teknologi Pilihan
a. Penyiapan lahan. Pengolahan tanah tidak diperlukan jika kedelai ditanam di lahan sawah bekas tanaman padi, jerami dapat digunakan sebagai mulsa
b. Pemupukan sesuai kebutuhan. Takaran pupuk berbeda untuk setiap jenis tanah, berikan berdasarkan hasil analisis tanah dan sesuai kebutuhan tanaman. Penggunaan pupuk hayati seperti bakteri penambat N2 (Rhizobium) disesuaikan dengan kebutuhan, perhatikan waktu kadaluwarsa pupuk hayati. PUTK (Perangkat Uji Tanah Kering) dapat digunakan sebagai salah satu acuan dalam menetapkan takaran pupuk dan amelioran.
c. Pemberian bahan organik. Bahan organik berupa sisa tanaman, kotoran hewan, pupuk hijau dan kompos (humus) merupakan unsur utama pupuk organik yang dapat berbentuk padat atau cair.
d. Amelioran pada lahan kering masam. Penggunaan amelioran ditetapkan berdasarkan tingkat kejenuhan aluminium (Al) tanah dan kandungan bahan organik tanah. Kejenuhan Al memiliki hubungan yang kuat dengan tingkat kemasaman (pH) tanah.
e. Pengairan pada periode kritis. Periode kritis tanaman kedelai terhadap kekeringan mulai pada saat pembentukan bunga hingga pengisian biji (fase reproduktif).
f. Panen dan pascapanen. Panen yang tepat menentukan mutu biji dan benih kedelai. Panen dilakukan jika tanaman sudah masak, atau 95% polong telah berwarna coklat dan daun berwarna kuning.
3. Harga kedelai
Harga juga memegang peranan penting dalam usaha peningkatan produksi petani. Namun pada kenyataanya peningkatan harga kedelai lokal yang terjadi. Tidak dapat meningkatkan produksi petani kedelai. Hal ini disebabkan harga kedelai lokal lebih mahal dibandingkan harga kedelai impor, sehingga kedelai lokal tidak mampu bersaing dengan kedelai impor, akibatnya produksi petani juga tidak mengalami peningkatan. Pengaruh biaya penggunaan benih kedelai terhadap produksi kedelai adalah tidak signifikan dan negatif, apabila biaya penggunaan benih kedelai di Indonesia meningkat maka produksi kedelai akan turun. Maka dengan adanya bantuan benih akan dapat membantu meningkatkan produksi.
4. Pemberdayaan Kelembagaan/Organisasi petani
Melalui pemberdayaan kelembagaa/organisasi ekonomi petani, efisiensi produksi yang dihasilkan oleh adanya manfaat ekonomi petani dapat dicapai, keuntungan usahatani, pendapatan dan kesejahteraan petani, daya saing lokal dan regional terwujud yang semuanya itu merupakan modal dasar daya saing bangsa.
5. Permodalan
Dengan memberikan bantuan pembiayaan untuk pengadaan sarana produksi, akan membantu petani dalam berusahatani kedelai.
Kalau semua itu bisa dipenuhi, lambat laun produksi akan meningkat. Dengan demikian diharapkan impor dapat dicegah.
Penyunting: Yulia Tri S
Email: yuliatrisedyowati@yahoo.co.id
Sumber:
1. Petunjuk Teknis Kegiatan Pengelolaan Produksi Kedelai APBN-P tahun 2017, Ditjen Tan Pangan
2. Beberapa sumber

Beras Aromatik




Padi Aromatik merupakan padi yang memiliki aroma wangi pandan yang mudah dikenali dari aroma nasi, beras atau bahkan pada pertanaman padi aromatik saat berbunga.
Untuk menghasilkan beras aromatik dengan kadar 2-Acetyl-1-pyrroline (2-AP) yaitu odouran kuat yang memiliki aroma wangi seperti pandan atau popcorn yang lebih tinggi, maka tanaman padi aromatik disarankan untuk di tanam dalam kondisi iklim yang sejuk, dan kemudian dipanen lebih awal dari varietas biasa.
Balai Besar Penelitian Tanaman Padi telah merilis beberapa varietas unggul padi aromatik seperti Gillirang, Batang Gadis, Sintanur, Situ Patenggang dan Inpari 23 Bantul.
Inpari 23 Bantul, yang dilepas oleh Balitbangtan pada tahun 2012, selain beraroma wangi, juga memiliki tekstur nasi pulen dengan kadar amilosa 17%. Varietas ini memiliki potensi hasil 9,2 ton/ha gabah kering giling (GKG) dengan rata-rata hasil 6,9 ton/Ha GKG. Lebih lanjut, varietas ini tahan terhadap wereng batang coklat biotipe 1, agak tahan biotipe 2 dan 3, serta tahan terhadap hawar daun bakteri patotipe III dan agak tahan terhadap patotipe IV. Inpari 23 Bantul cocok ditanam di sawah dataran rendah – sedang (0-600 m diatas permukaan laut).
Berbagai Calon Varietas padi Ciherang Aromatik yang di tampilkan pada Gelar Teknologi pada saat Pekan Nasional (PENAS) XV di Banda Aceh dapat disampaikan antara lain :
Padi Ciherang Aromatik CP-1
Padi Ciherang aromatic CP-1 merupakan calon varietas yang dikembangkan dari persilangan antara padi Ciherang dan Pandanwangi. Teknik pemuliaan yang digunakan adalah silang balik berulang dengan seleksi berbantuan marka molekuler (Molecular marker Assisted Backcrossing Selection). Marka molekuler SSR yang terkait dengan sifat aromatic diaplikasikan untuk menyeleksi galur-galur padi silang balik tetap membawa sifat aromatic.
Padi Ciherang Aromatik CP-1, merupakan Calon Varietas Turunan Esensial (VTE) memiliki rata-rata hasil 6.28 ton/hektar Gabah Kering Giling (GKG) dengan potensi hasil sebanyak 8.83 ton/hektar GKG. Memiliki umur panen 110 -112 hari dengan tinggi tanaman 117 cm. Sifat-sifat lainnya seperti pada varietas Ciherang dengan sifat khususnya memiliki Aroma.
Padi Ciherang Aromatik CP-2
Calon Varietas Padi Ciherang aromatic CP-2 merupakan calon varietas yang dikembangkan dari persilangan antara padi Ciherang dan Pandanwangi. Teknik pemuliaan yang digunakan adalah silang balik berulang dengan seleksi berbantuan marka molekuler (Molecular marker Assisted Backcrossing Selection). Marka molekuler SSR yang terkait dengan sifat aromatic diaplikasikan untuk menyeleksi galur-galur padi silang balik tetap membawa sifat aromatic.
Padi Ciherang Aromatik CP-2, merupakan Calon Varietas Turunan Esensial (VTE) memiliki rata-rata hasil 6.39 ton/hektar Gabah Kering Giling (GKG) dengan potensi hasil sebanyak 10.11 ton/hektar GKG. Memiliki umur panen 110 -112 hari dengan tinggi tanaman 117 cm. Sifat-sifat lainnya seperti pada varietas Ciherang dengan sifat khususnya memiliki Aroma.
Padi Ciherang Aromatik CM-2
Calon Varietas Padi Ciherang aromatic CM-2 merupakan calon varietas yang dikembangkan dari persilangan antara padi Ciherang dan Pandanwangi. Teknik pemuliaan yang digunakan adalah silang balik berulang dengan seleksi berbantuan marka molekuler (Molecular marker Assisted Backcrossing Selection). Marka molekuler berbasis gen BADH2 (betaine aldehyde dehydrogenase 2) yang terpaut dengan sifat aromatic diaplikasikan untuk menyeleksi galur-galur padi silang balik tetap membawa sifat aromatic.
Padi Ciherang Aromatik CM-2, merupakan Calon Varietas Turunan Esensial (VTE) memiliki rata-rata hasil 6.75 ton/hektar Gabah Kering Giling (GKG) dengan potensi hasil sebanyak 8.13 ton/hektar GKG. Memiliki umur panen 110 -112 hari dengan tinggi tanaman 140 cm. Sifat-sifat lainnya seperti pada varietas Ciherang dengan sifat khususnya memiliki Aroma.
Padi Ciherang Aromatik CM-3
Calon Varietas Padi Ciherang aromatic CM-3 merupakan calon varietas yang dikembangkan dari persilangan antara padi Ciherang dan Pandanwangi. Teknik pemuliaan yang digunakan adalah silang balik berulang dengan seleksi berbantuan marka molekuler (Molecular marker Assisted Backcrossing Selection). Marka molekuler berbasis gen BADH2 (betaine aldehyde dehydrogenase 2) yang terpaut dengan sifat aromatic diaplikasikan untuk menyeleksi galur-galur padi silang balik tetap membawa sifat aromatic.
Padi Ciherang Aromatik CM-3, merupakan Calon Varietas Turunan Esensial (VTE) memiliki rata-rata hasil 6.39 ton/hektar Gabah Kering Giling (GKG) dengan potensi hasil sebanyak 10.11 ton/hektar GKG. Memiliki umur panen 110 -112 hari dengan tinggi tanaman 117 cm. Sifat-sifat lainnya seperti pada varietas Ciherang dengan sifat khususnya memiliki Aroma.
Demikian informasi yang dapat disampaikan semoga bermanfaat.
Siti Nurjanah Penyuluh Pertanian Utama, Pusat Penyuluhan Pertanian. BPPSDMP Kementerian Pertanian. Email : snurjanah8514@yahoo.com
Sumber :
1) Katalog Gelar Teknologi Penas Petani dan Nelayan XV, Banda Aceh, 6-11 Mei 2017. Balitbangtan-Kementan
2) https://www.google.com
3) www.litbang.pertanian.go.id
4) http://bbpadi.litbang.pertanian.go.id

Strategi Pengendalian WBC


Wereng Batangn Coklat (WBC) merupakan hama penting dan menjadi momok bagi setiap petani padi. Akibat serangan hama tersebut akan berdampak pada menurunnya hasil panen dan menimbulkan kerugian.
Wereng coklat merupakan vektor penularan virus penyakit kerdil hampa dan kerdil rumput pada tanaman padi yang pengendaliannya perlu dilakukan tindakan preventif, yaitu dengan cara penanaman serempak, rotasi tanaman, menghindari sumber infeksi, dan penggunaan varietas tahan.
Wreng batang coklat memiliki berbagai nama berdasarkan sifatnya, yaitu si kecil yang dahsyat, hama tua, hama laten, dan hama penyebar virus. Wereng batang coklat merupakan hama laten yang sulit dideteksi, tetapi keberadaannya selalu mengancam kesetabilan produksi padi nasional. Wereng batang coklat menyerang langsung tanaman padi dengan cara mengisap cairan sel tanaman sehingga tanaman menjadi kering seperti terbakar. Pengendalian hama merupakan prioritas utama setelah padi ditanam di lapangan, karena kegagalan pengendalian akan menurunkan produksi secara nyata. Dalam penyelamatan produksi padi telah tersedia berbagai cara pengendalian hama, mulai dari penggunaan varietas tahan, musuh alami, cara budidaya (waktu tanam, pengairan dll) hingga penggunaan insektisida. Namun penerapan teknologi tersebut di lapangan kurang berhasil karena melupakan aspek sosial kemasyarakatan antara lain tidak adanya kesepakatan waktu tanam
Bertanam Padi Berjamaah
Secara teknis bertanam padi berjamaah sangat penting untuk menghindari penumpukan hama pada suatu daerah atau titik serangan yang selanjutnya akan menyebar menjadi hama pada areal yang lebih luas. Tanam padi berjamaah secara serentak dalam areal yang luas tidak dibatasi oleh batas administrasi pemerintahan. Hal ini perlu disadari oleh petugas maupun petani bahwa hama wereng batang coklat dapat bermigrasi sampai 200 km dari daerah titik serangan ke daerah yang pertanaman padinya berada pada fase vegetatif.
Strategi Teknologi
Sudah banyak teknologi yang dihasilkan untuk mengendalikan hama wereng batang coklat sejak ditemukannya varietas IR64 sampai yang terakhir Inpari 13 yang tahan wereng batang coklat di lapangan dan toleran penyakit virus kerdil.
Varietas Pilihan
Balai Besar penelitian Tanaman Padi telah menghasilkan beberapa Varietas Unggul Baru (VUB) yang memiliki produktivitas lebih tinggi dan tahan rendaman dan mempunyai keunggulan lain, yaitu tahan terhadap wereng batang coklat dan toleran terhadap penyakit kerdil hampa.
Lampu perangkap (Light Traps)
Lampu perangkap merupakan alat penting untuk kendeteksi kehadiran wereng migran pada pertanaman atau persemaian padi atau menangkap wereng dalam jumlah besar. Untuk keperluan deteksi, satu lampu perangkap cukup untuk mengontrol areal 200-300 ha. Namun bila digunakan pengendalian diperlukan lampu perangkap lebih banyak dari yang ditetapkan. Lampu perangkap sangat penting karena wereng pertama kali datang di persemaian atau pertanaman adalah wereng makroptera betina/jantan imigran. Lampu perangkap dipasang pada ketinggian 150-250 cm dari permukaan tanah. Hasil uji coba dengan lampu 100 watt dapat menghasilkan tangkapan sebanyak 400.000 ekor/malam.
Setelah wereng terperangkap keputusan yang diambil adalah; (1) wreng yang terperangkap dimusnahkan dengan cara dikubur, (2) pertanaman padi dikeringkan sampai dengan tanah retak, (3) wereng dikendalikan dengan insektisida secara bijaksana dan sesuai rekomendasi.
Waktu Penyemaian Padi
Waktu penyemaian ditetapkan berdasarkan saat puncak wereng imigran yang tertangkap lampu perangkap. Bila datang wereng imigra tidak tumpang tindih antar generasi, maka penyemaian hendaknya dilakukan 15 hari setelah puncak imigran. Bila wereng yang datang dari generasi yang tumpang tindih,maka akan terjadi dua puncak (bimodal). Penyemaian hemndaknya dilakukan 15 hari setelah puncak imigran kedua.
Ruslia Atmaja
Sumber : BBPadi-Badanlitbang Kementerian Pertanian

METODE PERBANDINGAN EKSPONENSIAL (MPE)

Salah satu metode untuk menentukan urutan prioritas alternatif keputusan dengan kriteria jamak.

Prosedur MPE:

  1. Menyusun alternatif-alternatif keputusan yang akan dipilih.
  2. Menentukan criteria atau perbandingan kriteria keputusan yang penting untuk dievaluasi
  3. Menentukan tingkat kepentingan dari setiap criteria keputusan atau pertimbangan kriteria (wawancara dengan pakar atau kesepakatan curah pendapat)
  4. Melakukan penilaian terhadap semua alternative pada setiap criteria
  5. Menghitung skor atau nilai total setiap alternatif
  6. Menentukan urutan prioritas keputusan didasrkan pada skor atau nilai total masing-masing alternatif.


Formula MPE  :
    Total nilai (TNi)  =  


Keterangan :

TNi      = Total nilai alternatif ke-i
RKij    = derajat kepentingan relatif kriteria ke-j pada pilihan
              keputusan i
TKKj  = derajat kepentingan relatif keputusan ke-j ; TKKi > 0; bulat
n          = jumlah pilihan keputusan
m         = jumlah kriteria
Tabel 1. Penilaian alternative produk agroinput potensial berbasis pupuk organik
No
Kriteria
Bobot
Nilai Alternatif Produk
Kompos
POC
Pupuk kandang
1
Potensi pasar
9
7
8
6
2
Kondisi bahan baku
8
8
8
6
3
Nilai tambah produk
6
5
6
5
4
Daya serap tenaga kerja
7
6
6
6
5
Teknologi yang sudah dipakai
5
5
5
4
6
Kondisi sosial budaya
7
6
5
7
7
Dampak terhadap lingkungan
5
4
5
3

Tahapan perhitungan :

1. Hitung Nilai MPE dari setiap alternatif :
    a. Alternatif 1 (Kompos)
        = 79 + 88 + 56 + 67 + 55 + 67 + 45 =  57.711.493

    b. Alternatif 2 ( POC)
        = 89 + 88 + 66 + 67 + 55 + 57 + 55 = 151.405.911

    c. Alternatif 3 (Pupuk Kandang)
        = 69 + 68 + 56 + 67+ 45 + 77 + 35 = 12.877.683

2. Masukkan Nilai MPE dari setiap alternatif ke dalam tabel hasil perhitungan MPE (tabel 2)

Tabel 2. Hasil Perhitungan MPE
Prioritas
Alternatif terpilih
Nilai MPE
Produk potensial 1
POC
151.405.911
Produk potensial 2
Kompos
57.711.493
Produk potensial 3
Pupuk Kandang
12.877.683

3. Tentukan produk agribisnis berbasis pupuk organik mana yang akan dipilih !
            Dari hasil analisi menggunakan Metode  Perbandingan Eksponsial (MPE) dalam produk agroinput berbasis pupuk organik maka dipilih POC sebagai produk yang akan diproduksi.

Pertimbangan
1.      Potensi Pasar
-       Kompos     = Potensi pasar cukup tinggi karena pupuk kompos ini telah dikenal oleh masyarakat, namun telah banyak perusahaan yang sama-sama memproduksi pupuk kompos (Saingan banyak).
-       POC          = Potensi pasar tinggi karena belum banyak perusahaan yang memproduksi POC.
-       Pupuk Kandang    = Potensi pasar cukup tinggi karena pupuk kompos ini telah dikenal oleh masyarakat, namun telah banyak perusahaan yang sama-sama memproduksi pupuk kompos (Saingan banyak).
2.      Kondisi Bahan Baku
-       Kompos     = Bahan baku yang dibutuhkan cukup mudah didapatkan, tetapi ada sebagian bahan seperti kotoran ternak yang ketersediaannya sedikit khususnya di wilayah sekitar perusahaan.
-       POC          = Bahan baku yang dibutuhkan mudah didapatkan dan banyak tersedia di sekitar perusahaan.
-       Pupuk Kandang    = Bahan baku berupa kotoran ternak yang dibutuhkan agak sulit didapatkan katena kurang tersedia di sekitar perusahaan.
3.      Nilai Tambah
-       Kompos = Memiliki nilai tambah yang cukup tinggi karena mengandung unsur hara makro dan mikro. Namun memiliki kekurangan yaitu ada kemungkinan terdapatnya biji-biji tanaman yang bisa menjadi gulma.
-       POC          = Memiliki nilai tambah yang cukup tinggi karena mengandung unsur hara makro dan mikro.
-       Pupuk Kandang    = Memiliki nilai tambah yang cukup tinggi karena mengandung unsur hara makro dan mikro namun efek terhadap tanaman sangat lambat. Selain itu pupuk kandang memiliki kekurangan yaitu ada kemungkinan terdapatnya biji-biji tanaman yang bisa menjadi gulma dan banyak serangga.
4.      Daya Serap Tenaga Kerja
-       Kompos     = Membutuhkan tenaga kerja yang cukup banyak.
-       POC          = Membutuhkan tenaga kerja yang cukup banyak.
-       Pupuk Kandang    = Membutuhkan tenaga kerja yang cukup banyak.
5.      Teknologi Yang Sudah Dipakai
-       Kompos     = Menggunakan teknologi fermentasi dengan bantuan mikroorganisme.
-       POC          = Menggunakan teknologi fermentasi dengan bantuan mikroorganisme.
-       Pupuk Kandang    = Menggunakan teknologi fermentasi namun tanpa perlakuan apapun.
6.      Kondisi Sosial Budaya
-       Kompos     = Dapat diterima oleh masyarakat.
-       POC          = Dapat diterima oleh masyarakat.
-       Pupuk Kandang    = Dapat diterima oleh masyarakat.
7.      Dampak Terhadap Lingkungan
-       Kompos     = Bisa menimbulkan bau tidak sedap.
-       POC          = Bisa menimbulkan bau tidak sedap namun tidak terlalu menyengat.

-       Pupuk Kandang    = Bisa menimbulkan bau tidak sedap dan menyebabkan lingkungan di sekitar menjadi kotor.

CONTOH PELAKSANAAN TUGAS PENYULUH TERKAIT DENGAN TEORI KEBUTUHAN MASLOW

CONTOH PELAKSANAAN TUGAS PENYULUH TERKAIT DENGAN TEORI KEBUTUHAN MASLOW

1.    Kebutuhan Fisiologis dan Biologis
Kebutuhan yang bersifat fisiologis (lahiriyah) dan biologis. Manifestasi kebutuhan ini terlihat dalam tiga hal pokok yaitu, sandang, pangan, dan papan. Dalam teori bisa dakatan sebagai sesuatu hal yang memang mendasari seseorang untuk melakukan sesuatu demi mendapatkan kebutuhan ini. Bagi seseorang yang menjadikanna sebagai motivasi bagi profesi yang dijalaninya dan menjadi motif dasar dari seseorang itu untuk mau bekerja dan menjadi efektif dalam memberikan kinerja serta produktifitas yang tinggi bagi organisasi atau instansi profesinya.
Contohnya : sebagai seorang penyuluh yang merupakan profesi atau pekerjaan baginya menjadi dasar untuk menjapatkan penghasilan berupa gaji dari instansi pemerintahannya (Peyuluh PNS dan THL), maupun dari perusahaan yang memperkerjakannya (penyuluh swasta) untuk mendapatkan gaji atau pendapatan untuk memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan bagi dirinya sendiri dan keluarganya.

2.    Kebetuhan Rasa Aman
Kebutuhan kemanan dan keselamatan dalam bekerja, kebutuhan ini mengarah pada rasa kemanan, ketentraman dan jaminan seseorang dalam kedudukannya, jabatannya, wewenangnya dan tanggung jawabnya sebagai profesinya sebagai seorang penyuluh. Dia dapat melaksanakan tugas dan kewajibannya dengan antusias dan penuh produktivitas bila didasari adanya rasa aman bila bekerja dilingkungan pedesaan dengan sasaran petani sebagai pelaku utama. Selain itu juga dengan adanya jaminan formal atas kedudukan  dan wewenangnya dapat meningkatkan semangat dan motivasi dalam melakukan pekerjaannya.
Contohnya : Penyuluh memiliki UU SP3K sebagai dasar hukum yang kuat dalam melakukan tugas dan fungsinya sebagai seorang penyuluh. Seorang penyuluh juga akan mendapatkan rasa aman jika posisinya didalam kelembagaan penyuluhan pertanian mendapatkan status yang jelas terutama bagi penyuluh yang sudah berstatus sebagai penyuluh PNS jika dibandingkan penyuluh THL. Namun demikian bagi penyuluh yang masih berstatus penyuluh THL diharapkan menjadi termotivasi dalam bekerja untuk meningkatkan kinerjanya agar segera menjadi penyuluh PNS yang sudah jelas dan memiliki rasa aman dalam profesinya.

3.    Kebutuhan Kasih Sayang
Dalam hal ini kebutuhan dalam kasih sayang dan bersahabat (kerjasama) dalam kelompok tani sebagai lingkungan kerja bagi penyuluh. Tumbuhnya rasa kebersamaan termasuk didalamnya adanya sense of belonging (rasa saling memiliki) dalam lingkungan pekerjaan sebagai penyuluh.
Contohnya : Penyuluh merupakan mitra yang sejajar bagi pelaku utama (petani) dengan mengayomi dan fasilitator bagi pelaku utama jika mereka mendapatkan permasalahan dalam kegiatan usaha taninya. Penyuluh bagaikan seseorang yang membawa petani menuju kebenaran dengan membawa inovasi teknologi dan mendifusikannya didalam suatu kelompok tani, karena tujuan dari penyuluhan adalah untuk meningkatkan sikap, pengetahuan dan keterampilan petani.  

4.    Kebutuhan Penghargaan
Kebutuhan akan prestasi akan kedudukan dan promosi dibidang kepegawaian dan profesinya sebagai seorang penyuluh. Kebutuhan akan simbol-simbol dalam statusnya seseorang serta prestise yang ditampilkannya.
Contohnya : Setiap penyuluh mwmiliki prestasi masing-masing , dalam hal itu mereka berkompetensi masing-masing, dalam hal itu mereka berkompetisi dalam melaksanakan tugas sebaik-baiknya, setelah pencapaian kinerja penyuluh yang baik, penyuluh mendapatkan penghargaan baik berupa materi maupun penghargaan akan kenaikan kedudukan pada sistem kelembagaannya. Jika dalam penyuluh PNS akan naik golongannya karena telah mencapai sistem kredit yang ditetapkan.


5.    Aktualisasi Diri
Setiap orang ingin mengembangkan kapasitas pekerjaannya dengan baik. Hal ini merupakan kebutuhan untuk mewujudkan segenap kemampuannya dan seringkali nampak pada al-hal yang sesuai untuk mencapai citra dan cita diri seseorang. Dalam hal ini seorang penyuluh memiliki motivasi dan manajemen yang lebih lanjut untuk dapat mensinkronakan antara cita dan citra diri dan cita sistem penyuluhan pertanian untuk dapat mensejahterakan petani kondisi perekonomian petani.

Contoh : Petani yang memiliki pemikiran sebgai inovator dan telah terpenuhinya kebutuhan dasar lainnya sehingga memiliki motivasi secara murni untuk menghasilkan sesuatu yang lebih karena semata-mata untuk membuat kondisi pertanian yang maju. Penyuluh pertanian berprestasi dalam memajukan pertanian di Indonesia dengan menciptakan inovsi hingga menyebarluaskannya ke petani dan juga sampai tahap adopsi dan difusi didalam kelompok tani.

BENTUK KEKELIRUAN DALAM PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN PENYULUHAN

Seringkali dalam pengembangan kelembagaan khususnya kelembagaan pertanian di Indonesia mengalami hambatan dalam berkembang di berbagai tingkatan kelembagaan. Menurut Syahyuti (2003) berikut ini  beberapa betuk kekeliruan yang selama ini dijumpai dalam pengembangan kelembagaan :
1)    Kelembagaan-kelembagaan yang dibangun terbatas hanya untuk memperkuat ikatan-ikatan horizontal, namun lemah dalam ikatan vertikal.
2)    Kelembagaan dibentuk lebih untuk tujuan distribusi bantuan dan memudahkan tugas kontrol bagi pelaksana program, bukan untuk peningkatan social capital masyarakat secara mendasar. Tidak mengherankan jika sebuah kelembagaan akan bubar setelah ditiggalkan pelaksananya.
3)    Struktur keorganisasian yang dibangun relatif seragam, yang bias.
4)    Meskipun kelembagaan sudah dibentuk, namun pembinaan yang dijalankan enderung individual terbatas kepada pengurus dan tokoh-tokoh dengan prinsip ”trickel down effect”, bukan social learning approach.
5)    Pengembangan kelembagaan selalu menggunakan jalur struktural dan lemah dari pengambangan aspek kulturalna. Struktur organisasi dibangun lebih dibangun lebih dahulu, namun tidak diikuti perkembangan asek kulturalnya (visi, motivasi, semangat, manajemen, dan lain-lain).
6)    Introduksi kelembagaan lebih banyak melalui budaya material dibanding non material, atau merupakan perubahan yang materialistik.
7)    Introduksi kelembagaan baru telah merusak kelembagaan lokal yang ada sebelumnya, termasuk merusakkan hubungan-hubungan horizontal yang ada.
8)    Jika dicermati secara mendalam, pada hakikatnya, pengembangan kelembagaan masih lebih merupakan jargon politik daripada kenyataan yang riil di lapangan.
9)    Kelembagaan pendukung untuk tidak dikembangkan dengan baik, karena struktur pembangunan yang sektoral.
Meski demikian beberapa hambatan tersebut akan berbeda dari setiap daerah dan tiap tingkatan. Maka dari itu perlu adanya kesadaran dari kita agar kelembagaan pertanian di Indonesia tetap berkembang sehingga tercapainya sistem pertanian berkelanjutan.


Daftar pustka :

Syahyuti. 2003. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian, Badan Litbang Pertanian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian:  Badan Litbang Pertanian.

Langkah-langkah dalam Penumbuhan Kelembagaan Ekonomi Petani

Kelembagaan petani baik formal maupun informal khususnya di daerah perdesaan memegang peranan penting sebagai salah satu pelaku dalam mempercepat pertumbuhan dan pengembangan ekonomi serta kemandirian masyarakat tani di perdesaan dalam pembangunan yang berkelanjutan. Namun sampai saat ini, kelembagaan petani masih dihadapkan pada beberapa permasalahan antara lain: kompetensi SDM dan infrastruktur teknologi yang rendah, manajemen operasional kelembagaan dan bisnis belum dikelola secara profesional serta belum memiliki kekuatan hukum sehingga mempunyai posisi tawar dan aksesibilitas yang rendah terhadap sumber pembiayaan, informasi, pasar dan teknologi.
Peningkatan kapasitas kelembagaan petani dapat dilakukan melalui berbagai upaya, diantaranya transformasi fungsi, manajemen organisasi dan usaha dari kelembagaan petani menjadi kelembagaan ekonomi petani dalam bentuk Badan Usaha Milik Petani (BUMP). Hal ini sejalan dengan Undang-undang No. 16 Tahun 2006 dan diperkuat oleh Undang-Undang No. 19 Tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani.
Kelembagaan ekonomi petani atau BUMP dibentuk oleh, dari dan untuk petani melalui Gabungan Kelompok Tani dengan penyertaan modal yang seluruhnya dimiliki oleh Gabungan Kelompok Tani untuk meningkatkan skala ekonomi, daya saing, wadah investasi dan mengembangkan jiwa kewirausahaan petani. BUMP dapat berbentuk Koperasi atau Badan usaha lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang perundangan. Kriteria kelembagaan petani yang akan ditumbuhkan menjadi kelembagaan ekonomi petani, sebagai berikut:
1. Telah melakukan kegiatan usaha berkelompok yang berorientasi pasar;
2. Struktur organisasi telah memiliki kepengurusan yang melakukan kegiatan usaha atau unit usaha agribisnis;
3. Memiliki perencanaan usaha yang disusun secara partisipatif dalam kurun waktu atau siklus usaha tertentu;
4. Memiliki pencatatan dan pembukuan usaha;
5. Telah membangun jejaring dalam pengembangan usaha dengan kelembagaan petani lainnya;
6. Telah membangun kemitraan usaha dengan pengusaha atau kelembagaan ekonomi petani lainnya;
7. Membutuhkan dukungan aspek legal formal untuk memperkuat pengembangan usaha.
Kegiatan penumbuhan kelembagaan ekonomi petani dilakukan melalui langkah-langkah, sebagai berikut:
1. Identifikasi kelembagaan petani calon kelembagaan ekonomi petani untuk menyusun daftar dan profil kelembagaan petani, melalui tahapan:
a. Identifikasi kelembagaan petani baik gapoktan/UPJA/LKMA/KUB yang telah berorientasi agribisnis;
b. Identifikasi kelompok petani muda yang potensial dalam mengembangkan agribisnis;
c. Pendataan alsintan pra dan pasca panen di gapoktan/UPJA/LKMA/KUB;
d. Hasil identifikasi dipergunakan sebagi bahan pertemuan perencanaan pada rembug tani di kecamatan;
e. Metode yang digunakan untuk melakukan identifikasi, yaitu: analisa data kelembagaan petani di kecamatan (BPP) dan kunjungan untuk verifikasi data kepada calon kelembagaan ekonomi petani.
2. Melakukan Rembug Tani untuk membahas hasil identifikasi dan mengambil kesepakatan terkait pengembangan kelembagaan dan usaha;
3. Pembelajaran penguatan kapasitas kelembagaan petani
Materi pembelajaran, antara lain:
a. Pengertian dan manfaat kelembagaan ekonomi petani;
b. Tata kelola dan manajemen organisasi;
c. Pengorganisasian kegiatan usahatani atau unit usaha agribisnis;
d. Identifikasi dan inventarisasi jenis, jumlah, kondisi alsintan, gudang dan bengkel alsintan;
e. Pengembangan pelayanan jasa alsintan oleh KEP diantaranya penambahan jumlah alsintan, penambahan jumlah pelanggan dan jangkauan wilayah pelayanan;
f. Tata cara dan persyaratan penumbuhan kelembagaan ekonomi petani;
g. Perencanaan usaha, pencatatan dan pembukuan usaha;
h. Jejaring dan kemitraan usaha;
i. Dukungan aspek legal formal untuk memperkuat pengembangan usaha.
Kegiatan penumbuhan kelembagaan ekonomi petani merupakan salah satu terobosan dalam rangka pemberdayaan petani dalam pengembangan usaha yang dikelola oleh para petani secara profesional di bidang pertanian sehingga menumbuhkan kelembagaan ekonomi yang kuat dan mandiri.
(Rina Y)

Source : cybex.pertanian.go.id
 
Blogger Templates